BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) merupakan kumpulan pengetahuan tersusun secara
sistematis yang didasarkan pada penyelidikan dan interpretasi terhadap
peristiwa-peristiwa atau gejala alam melalui metode dan sikap ilmiah. Ilmu ini
terus berkembang, bertambah luas, dan mendalam sesuai dengan hasil-hasil
penemuan dan penyelidikan baru, menyebabkan timbulnya cabang-cabang ilmu yang
dikenal sebagai: Fisika, Kimia, Biologi, dan Ilmu Pengetahuan Bumi dan
Antariksa (IPBA). Dalam perkembangannya, ternyata banyak proses yang
penjelasannya memerlukan bantuan dari dua atau lebih cabang ilmu yang merupakan
kombinasi dari cabang-cabang yang telah ada, seperti Kimia Fisika, Biokimia,
Biofisika, dan Geofisika. Pembagian IPA dalam berbagai cabang tersebut
sebenarnya untuk lebih mempermudah mempelajari alam seisinya dari sudut pandang
tertentu. Namun di luar dari pada itu, satu hal yang pasti, yakni sasaran yang
diselidiki, diuraikan, dan dibahas adalah satu, yaitu alam semesta yang meliputi:
asal mula alam semesta dengan segala isinya, termasuk proses, mekanisme, sifat
benda maupun peristiwa yang terjadi.
Rasa
ingin tahu dan terbentuknya ilmu pengetahuan
Beberapa
binatang sudah mempunyai otak, sehingga mempunyai daya piker namun terbatas pada
insting (naluri) dan upaya mempertahankan diri serta turunannya. Insting
tersebut terutama ditujukan untuk kelangsungan hidupnya seperti memperoleh
makanan, perlindungan diri dan perkembangbiakan. Aktivitas hewan tersebut
ternyata tidak berubah dari masa ke masa dan dinyatakan sebagai idle
curiousity. Sedangkan manusia di samping mempunyai naluri dan nurani, manusia
juga memiliki nalari. Dengan nalari itu, manusia menggunakan kemampuan otaknya
untuk melakukan penalaran, pemikiran logis dan analisis. Berlandaskan kemampuan
tersebut maka pengetahuan yang diperoleh saat ini merupakan dasar dari
munculnya rasa ingin tahu manusia tersebut selalu berkembang (curiousity).
Dengan nurani, manusia selalu ingin berbuat baik untuk dirinya dan
lingkungannya.
Secara
sederhana perkembangan rasa ingin tahu dimulai dengan pertanyaan apa atau
“what” tentang sesuatu, dan dilanjutkan dengan pertanyaan bagaimana atau “how”
dan mengapa atau “why”. Sebagai contoh adalah perkembangan rasa ingin tahu
anak-anak terhadap suatu benda, maka pertanyaan yang diajukan oleh anak pada
usia sekitar dua tahun adalah “apa” nama benda tersebut, misalkan benda
tersebut adalah pensil. Pertanyaan selanjutnya yang akan muncul pada usia
menjelang TK adalah “bagaimana” menggunakannya. Setelah usianya lebih dewasa
lagi, maka pertanyaan yang akan muncul di benaknya adalah “mengapa” pensil
dapat digunakan untuk menulis? Dengan mendapatkan jawaban yang sesuai dengan
pertanyaan yang diajukan, maka anak tersebut akan mendapatkan pengetahuan baru
dan sekaligus rasa ingin tahunya terjawabkan.
Adanya
kemampuan berpikir pada manusialah yang menyebabkan terus berkembangnya rasa
ingin tahu tentang segala yang ada di alam semesta. Pengetahuan yang diperoleh
dari alam semesta ini selanjutnya merupakan dasar dari pengembangan ilmu
pengetahuan alam (IPA). Dengan akal yang dimiliki manusia, semua pengetahuan
dapat diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Informasi yang
dapat disimpan dan diajarkan kepada generasi berikutnya, ditambah dengan
pengetahuan yang diperoleh saat itu maka informasi tentang pengetahuan ini akan
terus bertambah dan berkembang dari generasi ke generasi berikutnya.
Berdasarkan
uraian di atas, maka secara sederhana urutan perkembangan ilmu dimulai dari
rasa ingin tahu terhadap sesuatu maka dilakukan suatu pengamatan. Berdasarkan
pengamatan berulangkali diperoleh pengalaman. Berdasarkan pengamatan dan
pengalaman yang terus-menerus diperoleh pengetahuan, semisal sifat dari benda
yang diamati. Kumpulan pengetahuan tentang sesuatu yang didapatkan secara
sistematis dinyatakan ilmu pengetahuan.
B.
Rumusan masalah
a. Bagaimana Perkembangan dan Pengembangan
Ilmu Pengetahuan Alam ?
b. Bagaimana Pengaruh Ilmu Pengetahuan Alam?
c. Bagaimana Peranan Ilmu Pengetahuan Alam?
C.
Tujuan
Sejak
dilahirkan di muka bumi ini, manusia bersentuhan dengan alam. Persentuhan
dengan alam menimbulkan pengalaman. Alam memberikan rangsangan kepada manusia
melalui pancaindra merupakan alat komunikasi antara alam dengan manusia yang
membuahkan pengalaman.
Manusia
sebagai makhluk berpikir dibekali hasrat ingin tahu tentang benda dan peristiwa
yang terjadi disekitarnya termasuk juga ingin tahu tentang dirinya sendiri. Hal
ini mendorong manusia untuk memahami dan menjelaskan gejala gejala alam, baik
alam besar (makrokosmos) maupun alam kecil (mikrokosmos) serta memecahkan
masalah yang dihadapi.
Dengan
adanya makalah ini diharapkan dapat membantu para mahasiswa dan masyarakat
dalam mengikuti perkembangan dan pengembangn ilmu pengetahuan alam yang
berkaitan dengan materi yang dikaji dalam Ilmu Alamiah Dasar, sebagaimana yang
kita ketahui ilmu alam tersebut selalu mengalami perubahan atau perkembangan
dari zaman ke zaman yang melahikan ilmuan ilmuan baru seperti Ahli Astronomi,
Ahli Kimia, Ahli Fisika.
D.
Metode Ilmiah
Manusia
memiliki kecenderungan untuk menanggapi rangsangan yang ada di sekitarnya,
termasuk gajala-gejala di alam semesta ini. Tanggapan terhadap gejala-gejala
dan peristiwa-peristiwa yang ada ini di alam semesta ini akan menjadi sebuah
pegalaman yang akan terus berkembang karena rasa keingin tahuan manusia.
Pengalaman-pengalaman inilah yang nantinya menjadi pengetahuan dan diwariskan
kepada generasi berikutnya.
Ilmu
tentang alam merupakan kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis.
Artinya, hasil percobaan yang dilakukan manusia akan menghasilkan suatu konsep
yang mendorong dilakukannya percobaan-percobaan berikutnya, karena ilmu alam
bertujuan untuk mencari kebenaran yang relatif dari suatu hal.
Tidak
semua pengetahuan dapat disebut ilmu, karena ilmu merupakan pengetahuan yang
cara mendapatkannya harus memenuhi syarat tertentu. Adapun syarat-syarat suatu
pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu adalah sebagai berikut:
1.
Logis
Pengetahuan tersebut
masuk akal dan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan.
2.
Objektif
Pengetahuan yang
didapat harus sesuai dengan objeknya dan didukung oleh fakta empiris.
3.
Metodik
Pegetahuan diperoleh
dengan cara-cara tertentu yang teratur, dirancang, diamati, dan dikontrol.
4.
Sistematik
Pengetahuan disusun
dalam satu sistem yang saling berkaitan dan menjelaskan satu sama lain sehingga
menjadi satu kesatuan yang utuh.
5.
Universal
Pengetahuan berlaku
untuk siapa saja dan di mana saja yaitu dengan cara eksperimentasi yang sama
akan diperoleh hasil yang sama.
6.
Komulatif
Berkembang dan
tentatif, sesuai dengan khasanah ilmu pengetahuan yang selalu bertambah dengan
hadirnya ilmu pengetahuan yang baru. Ilmu pengetahuan yang terbukti salah harus
diganti dengan ilmu pengetahuan yang benar.
Untuk
mencapai kebenaran, yakni persesuaian antara pengetahuan dan objeknya, tidaklah
terjadi secara kebetulan, tetapi harus menggunakan prosedur atau metode yang
tepat, yaitu prosedur atau metode ilmiah (scientific method) .Adapun Kelebihan
dan kekurangan ilmu alamiah ditentukan oleh metode ilmiah, maka pemecahan
segala masalah yang tidak dapat diterapkan metode ilmiah, tidaklah ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
METODE ILMIAH SEBAGAI DASAR IPA
Manusia memiliki kecenderungan untuk
menanggapi rangsangan yang ada di sekitarnya, termasuk gajala-gejala di alam
semesta ini. Tanggapan terhadap gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa yang ada
ini di alam semesta ini akan menjadi sebuah pegalaman yang akan terus
berkembang karena rasa keingin tahuan manusia. Pengalaman-pengalaman inilah
yang nantinya menjadi pengetahuan dan diwariskan kepada generasi berikutnya.
Ilmu tentang alam merupakan kegiatan
manusia yang bersifat aktif dan dinamis. Artinya, hasil percobaan yang
dilakukan manusia akan menghasilkan suatu konsep yang mendorong dilakukannya
percobaan-percobaan berikutnya, karena ilmu alam bertujuan untuk mencari
kebenaran yang relatif dari suatu hal.
Tidak semua pengetahuan dapat disebut
ilmu, karena ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi
syarat tertentu. Adapun syarat-syarat suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai
ilmu adalah sebagai berikut:
1.
Logis
Pengetahuan
tersebut masuk akal dan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan.
2.
Objektif
Pengetahuan
yang didapat harus sesuai dengan objeknya dan didukung oleh fakta empiris.
3.
Metodik
Pegetahuan
diperoleh dengan cara-cara tertentu yang teratur, dirancang, diamati, dan
dikontrol.
4.
Sistematik
Pengetahuan
disusun dalam satu sistem yang saling berkaitan dan menjelaskan satu sama lain
sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
5.
Universal
Pengetahuan
berlaku untuk siapa saja dan di mana saja yaitu dengan cara eksperimentasi yang
sama akan diperoleh hasil yang sama.
6.
Komulatif
Berkembang
dan tentatif, sesuai dengan khasanah ilmu pengetahuan yang selalu bertambah
dengan hadirnya ilmu pengetahuan yang baru. Ilmu pengetahuan yang terbukti
salah harus diganti dengan ilmu pengetahuan yang benar
Untuk mencapai kebenaran, yakni
persesuaian antara pengetahuan dan objeknya, tidaklah terjadi secara kebetulan,
tetapi harus menggunakan prosedur atau metode yang tepat, yaitu prosedur atau
metode ilmiah (scientific method) .Adapun Kelebihan dan kekurangan ilmu alamiah
ditentukan oleh metode ilmiah, maka pemecahan segala masalah yang tidak dapat
diterapkan metode ilmiah, tidaklah ilmiah.
1.
Pengertian Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan suatu cara yang
digunakan oleh para ilmuwan untuk memecahkan suatu permasalahan, serta
menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur, dan terkontrol.
Metode Ilmiah, yaitu gabungan antara dua
pendekatan rasional(deduktif) dan pendekatan empiris (induktif). Metode Ilmiah,
merupakan cara dalam memperoleh pengetahuan secara ilmiah.Descartes adalah
pelopor dan tokoh rasionalisme. Menurut dia, rasio merupakan sumber dan pangkal
dari segala pengertian. Hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang pada
kebenaran dan dapat memberi pimpinan dalam segala jalan pikiran.
Kaum rasionalis menggunakan metode
deduktif. Dasar pikiran yang digunakan dalam penalarannya diperoleh dari ide
yang menurut anggapannya sudah jelas, tegas dan pasti, dalam pikiran
manusia.Kelemahan rasionalise yaitu bersifat abstrak, tidak dapat dievaluasi,
kemungkinan dapat diperoleh pengetahuan yang berbeda dari obyek yang sama,
cenderung bersifat subyektif dan solpsistik, yaitu hanya benar dalam kerangka
pemikiran tertentu yang berbeda dalam otak orang yang berfikir tersebut.
Kaum empirisme berpendapat bahwa
pengetahuan manusia tidak diperoleh lewat penalaran rasional yang abstrak,
tetapi lewat pengalaman yang konkrit, berpegang pada prinsip keserupaan, pada
dasarnya alam adalah teratur, gejala-gejala alam berlangsung dengan pola-pola
tertentu. Dengan mengetahui kejadian masa lalu atau sekarang akan dapat
diramalkan kejadian di masa datang. Kelemahannya belum tentu sistimatis, dan
keterbatasan alat yang digunakan (misal panca indera).
2.
Ciri Metode Ilmiah
Agar supaya himpunan pengetahuan ini
dapat disebut ilmu pengetahuan harus digunakan perpaduan antara rasionalisme
(deduksi) dan empirisme (induksi), yang dikenal sebagai metode keilmuan atau
pendekatan ilmiah.
Menurut
H. Abu Ahmadi dan A. Supatmo :
Ciri-ciri
metode ilmiah yaitu : obyektivitas (bebas keyakinan, perasaan dan prasangka
pribadi serta bersifat terbuka) , konsisten dan sistimatik
Menurut
Abdullah Aly dan Eny Rahma :
Ciri
ilmiah : obyektif, metodik, sistimatik dan berlaku umum
Menurut
Maskoeri Jasin :
Ciri
ilmiah : teratur, sistematis, berobyek, bermetode dan berlaku secara universal.
Kriteria
Sebuah Metode Ilmiah Yang Baik:
·
Berdasarkan fakta.
·
Bebas dari prasangka.
·
Menggunakan prinsip-prinsip analisis.
·
Menggunakan ukuran objektif.
·
Menggunakan teknik kuantitatif.
3.
Langkah-langkah Operasional Metode
Ilmiah
a)
Perumusan masalah
yang
dimaksud dengan masalah yaitu pernyataan apa, mengapa, ataupun bagaimana
tentang obyek yang teliti. Masalah itu harus jelas batas-batasnya serta dikenal
faktorfaktor yang mempengaruhinya.
b)
Penyusunan hipotesis
yang
dimaksud hipotesis yaitu suatu pernyataan yang menunjukkan kemungkinan jawaban
untuk memecahkan masalah yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, hipotesis
merupakan dugaan yang tentu saja didukung oleh pengetahuan yang ada. Hipotesis
juga dapat dipandang sebagai jawaban sementara dari permasalahan yang harus
diuji ebenarannya dalam suatu obserevasi
atau eksperimentasi.
c)
Pengujian hipotesis
yaitu
berbagai usaha pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang telah
diajukan untuk dapat memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung
hipotesis tersebut atau tidak. Fakta-fakta ini dapat diperoleh melalui
pengamatan langsung dengan mata atau teleskop atau dapat juga melalui uji coba
atau eksperimentasi, kemudian fakta-fakta dikumpulkan melalui penginderaan.
d)
Penarikan kesimpulan
penarikan
kesimpulan ini didasarkan atas penilaian melalui analisis dari fakta (data)
untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan itu diterima atau tidak.
Hipotesis
itu dapat diterima bila fakta yang terkumpul itu mendukung pernyataan
hipotesis. Bila fakta tidak mendukung maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis
yang diterima merupakan suatu pengetahuan yang kebenarannya telah diuji secara
ilmiah, dan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan. .
perkembangan
ilmu pengetahuan alam yang senantiasa dikelilingi landasan ilmu.
Berdasarkan
urutan stratanya, ada tiga jenis landasan ilmu:
a. Hipotesis,
merupakan dugaan mengenai masalah yang diambil dari pengetahuan yang telah ada.
b. Teori,
merupakan landasan ilmu yang telah teruji kebenarannya, namun dimungkinkan
adanya koreksi.
c. Hukum/dalil,
merupakan teori yang terbukti kebenarannya melalui pengujian berkali-kali.
Keseluruhan langkah tersebut di atas
harus ditempuh melalui urutan yang teratur, langkah yang satu merupakan
landasan bagilangkah berikutnya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ilmu
pengetahuan merupakan pengetahuan yang disusun secara sistimatis, berlaku umum
dan kebenarannya telah teruji secara empiris.
4.
Keunggulan dan keterbatasan metode
ilmiah
Keunggulan metode ilmiah :
a) Metode ilmiah dapaat
memberikan latihan dan kebiasaan berpikir sistematis, logis,dan analitis
b) Menempuh sikap yang
baik, jujur, obyektif terbuka, didiplin dan toleran
c) Menolak paham takhayul
dan pendapat apriori atu menolak suatu pendapat tanpa adanya bukti nyata
Keterbatasan metode ilmiah :
a.
Kelemahan dari panca indera
b.
Keterbatasan dari alat yang digunakan
c.
Kebenarannya hanya bersifat sementara
(tentative)
d.
Sulit memilih fakta yang benar benar
berkaitan dengan masalah yang akan dipecacahkan
e.
Dua fakta yang tampak belum tentu
berkaitan menunjukkan hubungan sebab akibat.
B.
PERKEMBANGAN IPA
Awal dari IPA dimulai pada saat manusia
memperhatikan gejala-gejala alam, mencatatnya kemudian mempelajarinya.
Pengetahuan yang diperoleh mula-mula terbatas pada hasil pengamatan terhadap
gejala alam yang ada. Kemudian makin bertambah dengan pengetahuan yang
diperoleh dari hasil pemikirannya. Selanjutnya dari peningkatan kemampuan daya
pikirnya manusia mampu melakukan eksperimen untuk membuktikan dan mencari
kebenaran dari suatu pengetahuan. Dari hasil eksperimen ini kemudian diperoleh
pengetahuan yang baru. Setelah manusia mempu memadukan kemampuan penalaran
dengan eksperimen ini lahirlah IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) sebagai suatu ilmu
yang mantap.
1.
Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Alam
Ø Zaman
kuno
Pengetahuan yang dikumpulkan pada zaman kuno berasal
dari kemampuan mengamati dan membeda-bedakan, serta dari hasil percobaan yang
sifatnya spekulatif atau trial and error. Semua pengetahuan yang diperoleh
diterima sebagaimana adanya, belum ada usaha untuk mencari asal-usul dan sebab
akibat dari segala sesuatu.
Pada saat manusia mulai memiliki kemampuan menulis
membaca dan berhitung maka pengetahuan yang terkumpul dicatat secara tertib dan
berlangsung terus menerus. Misalnya dari pengamatan dan pencatatan peredaran
matahari, ahli astronomi Babilonia menetapkan pembagian waktu, tahun dibagi
dalam 12 bulan, minggu dibagi dalam 7 hari dan hari dalam 24 jam. Selanjutnya
jam dibagi dalam 60 menit dan menit dalam 60 detik. Kemudian satuan enam puluh
ini juga digunakan untuk.
pengukuran sudut, 60 detik sama dengan 1 menit, 60
menit sama dengan 1 derajad dan satu lingkaran penuh sama dengan 360o.
Demikian pula ahli Babilonia dapat meramalkan
terjadinya gerhana matahari, tiap 18 tahun tambah 10 atau 11 hari. Ini terjadi
kira-kira 3000 SM.
Pada tahun 2980-2950 SM telah dapat dibangun piramid
di Mesir untuk menghormati dewa agar tidak terjadi bahaya banjir di sungai Nil.
Pembangunan piramid itu menunjukkan bahwa pengetahuan teknik bangunan dan
matematika khususnya geometri dan aritmatika telah maju. Kurang lebih tahun
1.600 SM orang mesir telah menghitung keliling lingkaran sama dengan tiga kali garis
tengahnya sedang luas lingkaran sama dengan seperdua belas kuadrat kelilingnya.
Ø Zaman
Yunani Kuno
Perkembangan ilmu pengetahuan berkembang pesat
sekali pada zaman Yunani, disebabkan oleh kemampuan berpikir rasional dari
bangsa Yunani. Pada tahap ini manusia tidak hanya menerima pengetahuan
sebagaimana adanya tetapi secara spekulatif mencoba mencari jawab tentang
asal-usul dan sebab-akibat dari segala sesuatu.
a) Thales
(624-548 SM)
Ahli filsafat dan matematika, pelopor dari segala
cabang ilmu. Ia dianggap orang pertama yang mempertanyakan dasar dari alam dan
segala isinya. Thales berpendapat bahwa pangkal segala sesuatu adalah air: dari
air asal segala sesuatu, kepada air pula ia akan kembali. Disamping itu dia
juga menyatakan bahwa bintang mengeluarkan cahaya sendiri, sedangkan bulan
menerima cahaya dari matahari.
b) Anaximenes
(588-526 SM)
Berpendapat bahwa zat dasar adalah udara. Segala zat
terjadi dari udara yang merapat dan merenggang. Pendapat ini mungkin
dihubungkan dengan kenyataan bahwa manusia itu tergantung kepada pernafasan.
c) Anaximander
(610-546 SM)
Berpendapat langit dengan segala isinya itu
mengelilingi bumi dan sebenarnya langit yang nampak itu hanya separohnya
d) ]Heraklitos
(535-475 SM)
Menyatakan bahwa api adalah asal segala sesuatu,
sebab api ini yang menggerakkan sesuatu, menghidupkan alam semesta, yang
berubah-ubah sifatnya didalam proses yang kekal. Yang kekal hanyalah perubahan,
segala sesuatu adalah mengalir.
e) Pythagoras
(580-499 SM)
Mengemukakan 4 unsur dasar yaitu bumi, air, udara,
dan api. Dalam bidang matematika menemukan dalil yang terkenal yaitu bahwa
kuadrat panjang sisi miring sebuah segi tiga siku-siku sama dengan jumlah
kuadrat panjang kedua sisi sikusikunya.
f) Empedokles
(495-435 SM)
Menerima 4 unsur dasar menurut Pythagoras dan
menyatakan bahwa sifat segala benda terjadi dari pencampuran keempat unsur itu
dalam perbandingan yang berbeda. Keempat unsur itu adalah sifat panas, dingin,
basah dan kering. Kering dan dingin membentuk bumi, panas dan kering unsur
pembentuk api. Air dari basah dan dingin, udara dari basah dan panas. Selain
itu juga dinyatakan bahwa segala benda yang sejenis akan tarik menarik, sedang yang berlawanan akan tolak menolak.
g) Leukippos
dan Demokritos (460-370 SM)
Dalam mencari unsur dasar dari segala sesuatu
Leukippos & Demokritos mengemukakan teori atom sebagai berikut : Zat
memiliki bangun butir. Segala zat terdiri atas atom, yang tidak dapat dibagi,
tak dapat dimusnahkan tak dapat diubah. Atom-atom dapat berbeda dalam jumlah
dan susunan atom. Semua perubahan akibat dari penggabungan dan penguraian atom
menurut hukum sebab akibat. Tidak ada masalah kebetulan dan ciptaan. Yang ada
hanyalah atom dan kehampaan.
h)
Plato (427-345 SM)
Menyangkal
teori atom, yang menganggap bahwa kebaikan dan keindahan itu timbul dari
sebab-akibat mekanik. Plato menyatakan bahwa pengetahuan yang benar adalah yang
sejak semula telah ada dalam alam pikiran atau alam ide. Apa yang nampak oleh
pancaindera hanyalah bayangan belaka. Pengalaman yang kekal dan benar adalah
yang telah dibawa oleh roh dari alam yang gaib.
i)
Aristoteles (384-322 SM)
Menerima
4 unsur dasar: tanah, udara, air dan api dan menambahkan unsur yang kelima
yaitu eter atau "quint essentia". Ia menganggap unsur yang satu dapat
berubah menjadi unsure yang lain, kecuali eter yang tak dapat berubah. Dari air
dan tanah yang menjadi masak terjadi garam, biji dan logam. Emas adalah logam
yang tidak mengandung tanah. Logam perak, tembaga, timah putih dan besi, pada
dasarnya banyak mengandung tanah. Semua logam akan mengalami proses memasak
menjadi logam mulia, yaitu emas. Pendapat bahwa unsur berubah menjadi unsur
lain inilah yang menjadi dasar dari alkimia untuk mengubah logam biasa menjadi
emas. Pendapat Aristoteles yang lain adalah bahwa untuk mencari pengetahuan
yang benar adalah dengan jalan pikiran secara deduktif. Berbeda dengan Plato,
Aristoteles menyangkal bahwa pengetahuan yang benar itu berasal dari dunia yang
gaib. Melainkan menghargai pengetahuan yang diperoleh dan dibuktikan dengan pancaindera.
j)
Ptolomeus (127-151)
Berpendapat
bahwa bumi sebagai pusat jagat raya, bintang dan matahari mengelilingi bumi
(geosentrisme). Planet beredar melalui orbitnya sendiri dan terletak antara
bumi dan bintang. Karya Ptolomeus ditulis sekitar tahun 150 dan diberi nama
Syntaxis, yang kemudian oleh bangsa Arab dinamakan Almagest yang menjadi
ensiklopedia dalam ilmu perbintangan. Pendapat dan pandangan dari Aristoteles
serta Ptolomeus berpengaruh sangat lama sampai dengan menjelang zaman modern,
yaitu sampai zaman Galileo, Geosentrisme diganti dengan heliosentris (matahari
sebagai pusat jagat raya).
Ø
Zaman Pertengahan
Zaman Alkimia
(abad 1-2)
Ahli
alkimia menerima pendapat empat buah unsur dan bahkan menambahkan tiga lagi,
yaitu: air raksa, belerang dan garam. Disini pengertian usur lebih dimaksudkan
sebagai sifatnya daripada unsur itu
Ø
Zaman Modern, Timbulnya Ilmu Pengetahuan
Alam
Pengetahuan
yang terkumpul sejak zaman Yunani sampai abad pertengahan sudah banyak tetapi
belum sistimatis dan belum dianalisis menurut jalan pikiran tertentu. Biasanya
pemikiran diwarnai cara berpikir filsafat, agama atau bahkan mistik. Setelah
alat sempurna dikembangkan metode eksperimen.
1. Roger
Bacon (1214-1294)
2. Leonardo
da Vinci (1452-1519)
3. Francis
Bacon (1561-1626)
4. Nicolas
Copernicus (1473-1543)
5. Johannes
Keppler (1571-1630)
6. Galileo
Galilei (1546-1642)
2.
Peranan Ilmu Pengetahuan Alam
Nana
Syaodih S. (1997: 67) menyatakan bahwa sebenarnya sejak dahulu teknologi sudah
ada atau manusia sudah menggunakan teknologi. Kalau manusia pada zaman dulu
memecahkan kemiri dengan batu atau memetik buah dengan galah, sesungguhnya
mereka sudah menggunakan teknologi, yaitu teknologi sederhana.
Terkait dengan teknologi, Anglin
mendefinisikan teknologi sebagai penerapan ilmu-ilmu perilaku dan alam serta
pengetahuan lain secara bersistem dan menyistem untuk memecahkan masalah. Ahli
lain, Kast & Rosenweig menyatakan Technology is the art of utilizing
scientific knowledge. Sedangkan Iskandar Alisyahbana (1980:1) merumuskan lebih
jelas dan lengkap tentang definisi teknologi yaitu cara melakukan sesuatu untuk
memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal sehingga seakan-akan
memperpanjang, memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, panca indera,
dan otak manusia.
Menurut Iskandar Alisyahbana (1980)
Teknologi telah dikenal manusia sejak jutaan tahun yang lalu karena dorongan
untuk hidup yang lebih nyaman, lebih makmur dan lebih sejahtera. Jadi sejak
awal peradaban sebenarnya telah ada teknologi, meskipun istilah “teknologi
belum digunakan. Istilah “teknologi” berasal dari “techne “ atau cara dan
“logos” atau pengetahuan. Jadi secara harfiah teknologi dapat diartikan
pengetahuan tentang cara. Pengertian teknologi sendiri menurutnya adalah cara melakukan
sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan akal dan alat, sehingga
seakan-akan memperpanjang, memperkuat atau membuat lebih ampuh anggota tubuh,
pancaindra dan otak manusia.
Sedangkan menurut Jaques Ellul
(1967: 1967 xxv) memberi arti teknologi sebagai” keseluruhan metode yang secara
rasional mengarah dan memiliki ciri efisiensi dalam setiap bidang kegiatan
manusia”Pengertian teknologi secara umum adalah:
b. Dalam Perikebutuhan Manusia
Ilmu dalam bidang IPA dan
pemanfaatannya dapat kita bedakan dalam IPA dasar atau murni, IPA terapan, dan
teknologi. IPA dasar, IPA terapan, dan teknologi mengkaji bahan pokok yang
sama, yaitu alam. Perbedaan ketiganya terletak pada aspek yang dikajinya.
Menurut Amor et al. (1988) ilmuwan IPA dasar mencoba untuk memahami bagaimana
alam bekerja. Sedangkan ilmuwan IPA terapan mencoba mencari cara untuk
mengendalikan cara alam bekerja. Ahli teknologi memanfaatkan penemuan IPA dasar
dan IPA terapan untuk membuat alat guna mengendalikan cara alam bekerja. Menurut
White & Frederiksen (2000) IPA dapat dipandang sebagai proses untuk
membentuk hukum, model, dan teori yang memungkinkan orang untuk memprediksi,
menjelaskan, dan mengendalikan tingkah laku alam.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
IPA
berkembang dengan sangat pesatnya sejalan dengan sifat manusia yang mempunyai
rasa ingin tahu atau curiousity yang juga selalu berkembang (dinamis). Dengan
sifat ini, dalam benak manusia selalu bertanya karena keingintahuannya: apa
sesungguhnya (what), bagaimana sesuatu terjadi (how), dan mengapa demikian
(why).
Adanya
kemampuan berpikir pada manusia tersebut yang menyebabkan terus berkembangnya
rasa ingin tahu tentang segala yang ada di alam semesta. Pengetahuan yang
diperoleh dari alam semesta ini selanjutnya merupakan dasar perkembangan Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA).
Ilmu
ini terus berkembang, bertambah luas dan mendalam sesuai dengan hasil-hasil
penemuan dan penyelidikan baru, menyebabkan timbulnya cabang-cabang ilmu yang
dikenal sebagai: Fisika, Kimia, Biologi, dan Ilmu Pengetahuan Bumi dan
Antariksa (IPBA).
Ilmu pengetahuan
diperoleh melalui prosedur yang telah ditentukan, yaitu melalui cara yang
disebut metode ilmiah. Adapun langkah-langkah operasional metode ilmiah –secara
singkat– adalah sebagai berikut:
DAFTAR PUSAKA
http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/20/peranan-ilmu-pengetahuan-alam-dan-teknologi-dalam-memenuhi-kebutuhan-kehidupan-manusia/
http://harisbanjarmasin.blogspot.com/2011/11/iad-manusi-berpikir-dari-zaman-dulu.html
http://khairinnisaedogawa.blogspot.com/2011/07/iad-perkembangan-dan-pengembangan-ilmu.html